Hari Kesehatan Jiwa Sedunia 2017
Hari ini ( 10 Oktober
2017 ) diperingati sebagai Hari Kesehatan Jiwa Sedunia. Tema yang diusung untuk
tahun ini adalah Kesehatan Jiwa di Tempat Kerja. Seperti yang kita tahu,
sebagian besar hidup kita dihabiskan untuk bekerja dengan berbagai profesinya. Karena
itu banyak peritiwa hidup menyangkut pekerjaan yang bisa memperngaruhi
kesehatan jiwa. Disebutkan oleh WHO bahwa depresi dan gangguan cemas adalah
masalah yang paling sering ditemui di dunia kerja dan menyebabkan berkurangnya
produktivitas kerja. Untuk pembahasan lebih lanjut mari simak artikel berikut
ini.
Fakta :
1. Bekerja bagus untuk kesehatan mental kita, namun lingkungan
kerja yang negatif bisa berpotensi menyebabkan masalah kejiwaan dan fisik.
2. Depresi dan gangguan cemas memiliki dampak ekonomi yang
signifikan.
3. Bullying dan pelecehan dalam dunia kerja seringkali dilaporkan
dan mempengaruhi kesehatan jiwa.
4. Sudah ada beberapa aksi positif dari berbagai organisasi untuk
mempromosikan kesehatan jiwa di tempat kerja yang dapat bermanfaat untuk
produktivitas kerja.
Secara global, 300 juta
orang menderita depresi, yang merupakan salah satu penyebab utama disabilitas,
sebagian darinya juga mengalami gejala gangguan cemas. Terdapat beberapa faktor
resiko masalah kejiwaan yang mungkin ditemukan di lingkungan kerja. Kebanyakan
faktor resiko berhubungan dengan interaksi antara tipe pekerjaan, managerial
organisasi dan lingkungan kerja, keterampilan dan kompetensi pekerja, serta
support terhadap pekerja untuk menghadapi pekerjaannya. Resiko terhadap
kesehatan jiwa termasuk diantaranya :
1. Kebijakan mengenai kesehatan dan keamanan yang tidak adekuat
2. Kurangnya komunikasi dan sistem managemen
3. Terbatasnya pastisipasi dalam mengambil keputusan atau kontrol
yang lemah terhadap area pekerjaan dari seorang pekerja
4. Sistem dukungan yang rendah terhadap pekerja
5. Jam kerja yang tidak fleksibel
6. Tugas atau tujuan pekerjaan yang kurang jelas
Resiko juga berhubungan
dengan tugas pekerjaannya itu sendiri, seperti tidak sesuainya tugas seorang
pekerja dengan kompetensi yang diilikinya dan beban kerja yang tidak
berhenti-berhenti. Beberapa pekerjaan mungkin memiliki resiko personal
dibanding pekerjaan lain, yang dapat berdampak terhadap kesehatan jiwa dan
menjadi penyebab gejala masalah kejiwaan. Juga terhadap penyalahgunaan zat dan
alkohol. Resiko ini bisa meningkat dalam kondisi lingkungan yang kurang
supportif.
Bullying dan pelecehan
psikologis ( mobbing ) adalah hal yang sering dilaporkan menjadi stressor di
lingkungan kerja. Kedua hal tersebut berhubungan dengan masalah fisik dan
psikologis. Konsekuensi kondisi kesehatan ini dapat membebani produktivitas
pekerja. Serta dapat berdampak pada keluarga dan interaksi sosial.
Lingkungan kerja yang sehat
dapat dideskripsikan seperti dimana pekerja dan manager secara aktif
berkontribusi kepada lingkungannya mengenai promosi dan perlindungan kesehatan,
keamanan, dan kennyamanan dari seluruh pekerja. Disebutkan oleh World Economic
Forum bahwa ada beberapa pendekatan yang dapat dilakukan yaitu :
1. Melindungai kesehatan mental dengan mengurangi faktor resiko
2. Mempromosikan kesehatan jiwa dengan mengembangkan aspek positif
dari bekerja dan kekuatan pekerja.
3. Kesadaran akan lingkungan kerja dan bagaimana hal tersebut
dapat beradaptasi untuk memberikan promosi yang lebih baik mengenai kesehatan
jiwa kepada pekerja yang beragam.
4. Memberi peluang dan kebutuhan setiap pekerja, untuk membantu
menentukan kebijakan yang lebih baik dalam tempat kerja.
5. Kesadaran akan sumber-sumber dukungan dan tempat dimana
pekerja dapat mendapat bantuan.
6. Memberi informasi kepada bekerja bahwa tersedia sebuah sistem
dukungan
7. Melibatkan pekerja dala mengambil keputusan, agar dapat leih
merasa memiliki kontrol dan partisipasi dalam menciptakan lingkungan kerja yang
mensupport keseimbangan kerja.
8. Program untuk pengembangan karir
9. Memberikan penghargaan terhadap kontribusi dari pekerja.
Intervensi kesehatan
jiwa sepatutnya diberikan sebagai strategi terintegrasi dari kesehatan yang
meliputi pencegahan, identifikasi dini, dukungan, dan rehabilitasi. Kunci suksesnya
adalah dengan melibatkan pemangku kekuasaan dan staf dari segala level saat
menyediakan proteksi, promosi, dan intervensi dukungan sembari memonitor
efektivitas mereka.
Jika ada rekan kerja
yang mengalami gangguan kesehatan jiwa di lingkungan kerja, beberapa perubahan
dapat kembali membantu ia bekerja. Diantaranya jam kerja yang fleksibel,
mendesain ulang tugas-tugas, membicarakan dinamika di lingkungan yang kerja
yang mungkin negatif, dan komuniasi supportif serta rahasia dengan manajemen
yang kompeten.
Semoga dengan adanya
perbaikan kebijakan terhadap kondisi kesehatan jiwa di tempat kerja, lingkungan
kerja yang supporti, tersedianya layanan dukungan dan bantuan bagi pekerja yang
memiliki masalah kejiwaan, dan mengurangi faktor resiko, lingkungan kerja tak
lagi menjadi penyebab masalah kejiwaan. Sehingga pada akhirnya produktivitas
kerja juga meningkat yang bermanfaat pada pekerja juga perusahaan tempat ia
bekerja.
Mari sama-sama kita
mulai dari diri sendiri untuk lebih sadar akan pentingnya kesehatan jiwa,
peduli terhadap sesama, tidak menstigma rekan kerja yang mengalami masalah
kejiwaan melainkan memberi dukungan, serta tak lupa menjaga diri sendiri dari
faktor-faktor resiko yang bisa menyebabkan masalah kejiwaan dari lingkungan
kerja.
Sumber : http://www.who.int/mental_health/in_the_workplace/en/