Menjadi Aktivis Kesehatan Jiwa
Gw didiagnosis bipolar oleh
psikiater pada tahun 2009, saat gw kuliah semester 5. Saat itu dunia gw serasa
runtuh. Ya bisa dibayangkan bagaimana gw pusing memikirkan nasib gw kedepan
gimana, apa yang harus gw lakukan, bagaimana tanggapan teman dan keluarga, dan
sebagainya. Diri gw berubah. Gejala-gejala depresi dan hipomanik datang bergantian
mendominasi hidup gw.
Pada dasarnya, gw orangnya memang
suka nulis dari kecil. Sejak mengalami gejala-gejala juga gw selalu tuliskan ke
semacam jurnal harian. Apa yang terjadi hari itu dan bagaimana perasaan gw. Suatu
hari gw kepikir ini tulisan sayang kalau ga ada yang baca, padahal beberapa
isinya bisa bermanfaat untuk orang lain. Lalu terpikirlah untuk membuat blog.
Terus gw mikir lagi, ini gw bikin blog isinya hal yang bisa dibilang private.
Pengalaman-pengalaman, perasaan, isi hati. Apa gw siap untuk mengumbarnya,
akhirnya gw memutuskan untuk membuat blognya anonim. Tidak menyebutkan
identitas asli gw, Cuma nama “Inilah Diriku” aja. Jadilah gw mulai menulis blog
dengan bebas tanpa khawatir orang tau apa yang sedang gw alami.
Niat awalnya memang sekedar share
pengalaman aja, gw juga tidak membayangkan atau mengharapkan bisa menginspirasi
banyak orang. Sebatas semoga bisa bermanfaat aja. Tapi ternyata, responnya
diluar dugaan. Satu persatu muncul komentar di blog yang positif. Ada yang
mengatakan ia mengalami hal yang sama, merasa tidak sendirian, menjadi semangat
untuk terus berjuang, dan lainnya. Ya walaupun nggak selalu positif sih, ada
juga komentar mengatakan “Dasar orang gila..!”
Melihat respon positif dari pembaca
blog, gw jadi lebih semangat menulis. Dan mulai berpikir bagaimana gw bisa
membantu mereka selain dari blog. Memang sudah jadi cita-cita gw dari kecil
untuk bisa menolong sesama, makanya gw kuliah kedokteran. Mungkin sudah
saatnya. Namun kendalanya, bagaimana ? Gw saat itu masih sendirian. Belum
mengenal komunitas apapun. Akhirnya gw urungkan niat, gw hanya membantu lewat
tulisan di blog saja. Walaupun besar sekali keinginan suatu hari nanti gw bisa
mengenal ODB-ODB lain, berbagi kisah dan saling mendukung.
Lalu setelah mungkin kurang lebih
1,5 tahun berjuang sendirian, gw menemukan KPSI ( Komunitas Peduli Skizofrenia
Indonesia ) di facebook. Menyimak isi diskusinya. Suatu waktu ada info acara
psikoedukasi mengenai bipolar yang diselenggarakan RSCM. Gw pikir mungkin sudah
saatnya gw memberanikan diri bertemu sesama ODB dan mendapat edukasi. Saat itu
tahun 2011. Saat pertama bertemu ODB dan saling berbagi cerita di acara itu, gw
bersyukur karena alhamdulillah ternyata masalah gw, gejala yang gw alami,
bipolar gw, belum ada apa-apanya dibanding mereka. Yang gw temui saat itu
mereka sudah lebih lama menderita bipolar, sampai waham, dirawat di RSJ, dll.
Gw pulang dengan ilmu dan harapan baru. Selanjutnya gw datang lagi ke beberapa
event KPSI seperti kopi darat dan melukis bersama. Disana gw mulai melihat
berbagai problematika kehidupan seorang penderita gangguan jiwa. Mulai berpikir
lagi apa yang bisa gw lakukan. Terpikir untuk membangun komunitas seperti KPSI
tapi masalahnya gw masih sendirian. Ada sih beberapa teman KPSI yang bipolar
juga tapi mereka tampaknya belum bisa diajak bikin komunitas khusus bipolar.
Dari tahun 2011 sampai awal tahun
2013 gw banyak belajar dari KPSI, beberapa kali gabung acara-acaranya. Lalu di
bulan Mei 2013, terbentuk sebuah group khusus bipolar. Ada group whatsappnya
juga. Gw gabung, berkenalan dengan foundernya dan member disana. Dalam hati gw
bagus banget ini akhirnya ada orang yang mau membangun dan gw harap gw bisa
kontribusi disana sesuai keinginan gw dari dulu. Namun ternyata karena satu dan
lain hal, gw memutuskan keluar dari grup itu. Untungnya, ada 4 orang lainnya yang
bersama dan sependapat dengan gw untuk membentuk komunitas baru. Jadilah
Bipolar Care Indonesia. Gw menjadi satu dari 5 pendiri Bipolar Care Indonesia
yang ( tanpa gw sangka ) berdiri dan berkembang sampai saat ini. Kira-kira begitu
awal mulai bagaimana gw bisa menjadi pendiri BCI.
Bagaimana dengan ke-bipolar-an gw ?
Di tahun-tahun awal sebelum BCI terbentuk, gw memang sedang kambuh-kambuhnya, heboh-hebohnya
gejala muncul. Setelah BCI terbentuk, gw merasakan ada perubahan. Pertama,
sekarang gw punya wadah untuk bisa berbagi kisah dan informasi khusus bipolar.
Jadi nggak ngerasa sendirian lagi. Kedua, gw memiliki tanggung jawab untuk
memajukan BCI sesuai impian gw dulu. Walaupun begitu, bukan berarti bipolar gw
jadi sembuh. Belum.
Mungkin selama ini teman-teman
melihat gw ( ini mungkin aja lo ya gw ga tau juga bener apa nggak ) bisa
survive, mendirikan komunitas, stabil, jadi narasumber di acara-acara, cerita
kisah hidup, dll. Padahal gw ya tetap seperti ODB lainnya. Konsultasi, minum
obat, galau, sempet dirawat, pernah nyoba bunuh diri, dsb. Hanya saja gw tidak
ingin berlarut dalam negatifnya, gw lebih fokus bagaimana membuat semuanya jadi
hal yang positif. Tidak mudah memang. Sampai sekarang juga gw masih mengalami
gejolak mood. Yang berbeda dibanding dulu adalah bagaimana gw menyikapi dan
menghadapinya. Lama-lama bisa lebih bijak sehingga kalau muncul gejala gw bisa
kelola. Masih bisa gw paksakan untuk tetap berfungsi. Gw pernah meeting dalam
keadaan depresi atau mesti bercerita bagaimana gw bisa berjuang survive padahal
dalam hati pengen bunuh diri. Semua itu gw alami.
Satu hal yang penting juga, gw pada
akhirnya mesti berani. Yang tadinya gw bikin blog anonim karena masih ada
kekhawatiran distigma dll, akhirnya gw cerita di media yang bisa dibaca di
seluruh Indonesia bahwa gw mengalami gangguan jiwa. Itu bukan suatu hal yang
mudah dan bisa dilakukan semua orang. Kenapa gw bisa nekat, prinsip gw hanya
bahwa jika tidak ada seorangpun yang berani bicara, maka perubahan pun tidak
akan terjadi. Bayangkan bagaimana orang akan peduli dengan kesehatan jiwa jika
tidak ada yang menyuarakan isu tersebut. Gw gak peduli bagaimana teman-teman
gw, keluarga, saudara-saudara dll akan melihat gw. Dalam hati gw niat gw
berbagi adalah untuk kebaikan, gw yakin Tuhan bersama gw dan semesta akan
mendukung kemana gw melangkah. Ternyata alhamdulillah banyak
keajaiban-keajaiban serta bantuan yang gw temui.
Gw nggak pernah menyangka bisa
membangun sebuah komunitas, apalagi kepikir bakal jadi narasumber di berbagai
acara. Dari dulu impian gw sederhana kok, hanya ingin menolong orang. Lalu dari
langkah-langkah kecil kini semakin besar dan mulai terlihat dampak positifnya.
Gw syukuri semuanya.
Tantangan kedepan dan PR gw mashih
banyak banget. Masalah kesehatan jiwa di Indonesia sangat kompleks. Perlu waktu
panjang sekali untuk mengurainya. Ya gw harap kontribusi gw bisa bermanfaat. It’s
ok menjadi seorang ODB, ga masalah masih suka galau-galau yang penting lakukan
kebaikan sekecil apapun. Kalau dulu gejala bipolar mendominasi hidup gw, kini
walaupun gejalanya masih ada, gw memilih untuk tidak membiarkan diri gw
didominasi. Gw atur strategi untuk menghadapinya termasuk di dalamnya
konsultasi, minum obat, terapi seni, dll. Sekian. *semoga bisa dimengerti ya
hehe*